her name’s cabe

” hai! nama aku Cabe. Aku lahir di Balsem atas tepatnya di bawah rak sepatu Balsem atas. Aku lahir tanggal 21 April 2012, pas banget dengan hari Kartini. Aku lahir bersama seekor saudara aku, tapi sayang dia tidak terselamatkan.” -Cabe-

Pagi itu, 21 April 2012 mendadak kosan menjadi cukup ramai. Seekor bayi kucing mungil ditemukan tergeletak di bawah rak sepatu. Seekor bayi yang baru saja lahir. Bekas persalinan sang induk pun masih terlihat. Bibi yang biasa membersihkan balkon depan pun tidak berani untuk menyentuhnya bahkan dengan kain pel sekalipun. Bayi yang amat sangat mungil, tali ari-ari yang masih menjulur dari pusarnya dan kulitnya yang masih basah-basah cukup memperlihatkan bahwa dia baru saja lahir.

Kali ini benar-benar tidak tega melihat kondisinya, tapi benar-benar juga tidak berani untuk menyentuhnya. Tubuhnya yang sangat mungil dan kulit yang masih sangat tipis benar-benar menciutkan nyali untuk sekedar memindahkannya dalam kardus. lima menit berlalu, mengumpulkan keberanian untuk menyentuh bayi itu. Saat itu segera mengambil kardus dan melapisinya dengan kain-kain yang sudah tidak terpakai. Ya, hanya itu yang bisa dilakukan saat itu. Dengan pertimbangan suatu waktu induknya akandatang dan mengurusnya, maka sengaja tidak menyentuh bayi itu secara langsung khawatir sang induk malah membuangnya.

Waktu pun berlalu, sang induk tidak juga datang. Bayi itu mulai mengeong-ngeong, entahlah apa maksudnya. Berusaha mengabaikan tapi suara itu tidak juga menghilang. Berkompromi dengan mba kosan dengan pertimbangan, (1) kalo kita mau ngasih dia makan konsekuensinya harus terus merawatnya hingga di dewasa karna setelah kita beri makan sang induk enggan untuk mengurusnya, dan (2) kita diamkan saja, siapa tahu sang induk akan datang. Oke, sementara opsi kedua dipilih.

Dzuhur pun tiba, sang induk tidak juga datang. Mulai, gelisah dan khawatir datang “jangan-jangan memang tidak akan datang..”. Tidak ambil waktu lama, segera menuju salah satu supermarket membeli sebuah botol susu untuk bayi. Kebetulan, dulu saat masih SMA sempat mengalami hal yang sama, hanya bedanya dulu ada ibu yang mengurusi sang bayi, kini jauh dari rumah harus berani mengurusnya sendiri. Sempat kesal sekali dengan induk kucing yang tidak bertanggung jawab itu. Punya anak ko ya dibuang-buang… Ckckc, tapi itulah kucing, tidak ada pri kekucingan -.-

Sampai di rumah, segera membuat air gula. kenapa air gula? karena bayi yang baru lahir belum memiliki sistem pencernaan yang baik, jika langsung diberi susu khawatir akan menimbulkan kematian bagi bayi. Jadi jalan pintas yang aman adalah air gula. Pengetahuan yang didapat dari seorang dokter hewan saat berusaha menyelamatkan bayi bajing yang terjatuh dari pohon. Saat tingkat satu pernah berusaha menghidupi seekor bayi bajing yang juga sama baru lahir. Saat itu sang bayi bajing terjatuh dari pohon, ditemukan oleh seorang teman yang kemudian bersamanya membawa bayi bajung ke FKH (fakultas kedokteran hewan). Konsultasi dengan seorang dokter hewan dan sejak itulah pengetahuan tentang mengurus hewan yang baru lahir mulai bertambah. Bersyukur memiliki teman yang mengambil kuliah kedokteran hewan, jadi bisa konsultasi gratis untuk menangani sang bayi ini.

Soil science mendadak menjadi dokter hewan, hehe.. Sempat beberapa kali menghayal pada beberapa teman di kosan, menemukan bayi tidak bertuan di jalan yang nantinya kemudian akan dirawat. Haha, harapan yang aneh, dan kini Allah mengirimkan bayi kucing ke rumah.. šŸ™‚ kucing ini, kami beri nama ‘cabe’

Dan mba kosan bolang, “basgulah win, bisa jadi ajang latiha..” Naaaaaah.. :p

“di luar sana sangat dingin, kardus dan kain mungkin tidak cukup untuk menahan dinginnya malam. cabe, yang kuat yaa.. maaf, lampu belajar belum bisa sampai ke luar… mudah-mudahan saat kamu besar, kamu bisa menjadi kucing yang kuat yaaa..”

Bandung lagi :D

Perjalanan pulang menuju Bandung. Kali ini ditemani oleh lantunan suara dari band-band Indonesia. Mencoba untuk mencintai poduk dalam negeri hehe.. Yovie and the nuno menjadi lagu pembuka untuk perjalanan kali ini. Diteruskan lagu-lagu original soundtrack-nya badai pasti berlalu, Adera, Adele, dan lagu-lagu instrumental yang menjadi lagu pengantar tidur. Ā Ktto mata itsuka-nya depapepe menjadi lagu terakhir yang didengar sebelum mulai terbang ke alam bawah sadar.

Mobil terus melaju dengan kecepatan stabil. Cukup cepat karena memang jalan tol kali ini cukup sepi. suasana dalam mobil memang palis pas untuk dijadikan waktu istirahat. Berasa seperti di ayunan dengan hembusan ac sepoi-sepoi.

Km 67, terbangun. Mobil perlahan mengurangi kecepatan menuju tempat peristirahatan. Lantunan musik sayup-sayup masih terdengar kali ini bagian freedom-nya Maher Zain. Tiba di tempat peristirahatan, seperti biasa seorang petugas dengan ramah tamah disertai senyuman membuka pintu dan berkata “selamat siang, ada waktu 5 menit bagi yang ingin ke toilet.” Seketika petugas menutup pintu kembali. 5 menit berlalu, penumpang yang sempat keluar mulai berdatangan. Setelah seluruh penumpang lengkap, kami pun kembali meneruskan perjalanan.

Mobil terus melaju. Kali ini tidak bisa tidur lagi. Menghilangkan rasa bosan, mulai men-suffle kembali lagu-lagu di list music sambil menikmati panjangnya jalan tol.

Km 95, terdapat perbukitan yang sangat-sangat indah. Keindahannya pun berlanjut hingga Km 96.

Km 102, terdapat persawahan yang sangat luas. Jadi teringat saat melewati daerh Wonogiri. Disana, sejauh mata memandang terhampar lahan sawah yang amat sangat super luas. Ya.. sejauh mata memandang, seperti tidak ada ujungnya. Pemandangan ini terbentang sepanjang jalan kecil yang menghubungkan daerah antar kabupaten. Wuiih, itu baru daerah Wonogiri. Sempat terpikirkan, lumbung padi kita tidak hanya di Wonogiri, masih banyak tempat lain yang memiliki pemandangan seperti di Wonogiri. Tapi sayang, masih saja di negeri ini banyak yang kelaparan. Sawah sebanyak itu seolah tidak mampu menutupi kebutuhan konsumsi beras masyarakat Indonesia.. Huft

Perjalanan berlanjut. Baru saja menikmati keindahan sawah, tidak jauh dari sana di Km 112 pemandangan santa miris. Dua buah mobil pengeruk tanah bekerja di atas gundukan tanah yang sangat diyakini itu dulunya adalah perbukitan. Cckckckc… tidak habis pikir. Kegiatan manusia yang berlebihan malah menimbulkan petaka bagi lingkungan. Hewan-hewan yang biasa tingga di suatu wilayah Ā terpaksa meninggalkan habitatnya untuk mempertahankan hidup. Jangan salahkan ketika mereka akhirnya harus ikut bergabung hidup bersama para manusia. Hingga mereka dianggap sebagai hama bagi manusia. sadar tidak sadar, manusialah yang menjadi hama bagi lingkungan. Eksploitasi yang berlabihan hingga mengganggu ekosistem alam. yaa, inilah manusia…

Km 117. Terdapat kawasan persawahan yang dibuat terasering. Pemandangan ini cukup mengobati kengerian pada kilometer sebelumnya.

Km 119, mulai terdapat pabrik-pabrik. Di sekitar pabrik terdapat banyak sekali layangan bertebaran di udara. Dulu, saat sore hari bersama kakak sering sekali bermain layangan. Tidak haya kakak, tapi dengan teman-teman lainnya. Saat itu, langit seperti lautan layangan, banyak sekali layangan bertebaran dengan berbagai ukuran, warna, dan bentuk. Bermain layangan pun dari mulai hanya iseng menerbangkan, hingga mengadu layangan, benang siapa yang paling kuat maka dia akan memutuskan benang lawannya, alhasil layangan putus dan dinyatakan kalah. Ini persaingan terselubung. Siapa yang memutuskan dan siapa yang dikalahkan tidak ada yang tau. hehe..

Layangan, pertanda jalan tol sudah mulai akan habis. Perlahan mulai terlihat rumah-rumah penduduk menghiasi pinggiran jalan tol. Tidak lama, pabrik obat mata Rohto terlihat di seberang sana. Segera menghubungi ibu: “ibu, ak udah deket pasteur” | ibu:”ok, kita otw kesana dari cicendo”.

Segera, setelah sms masuk pintu gerbang pasteur menyambut kedatangan kami dengan spanduk bapak gubernur dan wakil gubernur dengan tulisan “Wilujeng Sumping”.. Kata yang sangat dirindukan selama dua bulan ini. Bandung, i’m home šŸ˜€

-kamar, 30 Maret 2012-