Ramadhan dua tahun belakangan

Dua tahun belakangan ini, Ramadhan terasa sangat berkesan. Mungkin ini efek jauh dari keluarga, menjadi lebih mendramatisir keadaan padahal dari dulu Ramadhan rasanya hampir sama saja, malah hampir sudah bisa ditebak alurnya. Dari mulai bangun sahur lanjut sekolah setengah hari lanjut  bimbel lanjut pesantern ramadhan lanjut buka puasa lanjut taraweh lanjut tidur sampe bangun sahur lagi. Secara garis besar itu kegiatan rutinitas selama bulan puasa.

Dua tahun ini, diawali dengan tahun pertama masuk perguruan tinggi. Bisa dibilang ini menjadi awal dari segala-galanya *lebay. Ramadhan saat itu sarat dengan perjuangan untuk dapat survive bertahan hidup di asrama. Mulai dari gimana caranya bisa bangun sahur, gimana caranya bisa makan sahur, gimana caranya bisa selera makan sahur, sampe gimana caranya memanage makan malem biar ga bentrok sama waktu buka dan tarawih. Semua itu rasanya benar-benar memutar otak, maklum baru saja dua bulan berusaha hidup mandiri ketika jarak rumah dan kampus terasa sekitar 142 km. Hari-hari pertama terasa sangat berat, bangun sahur sendiri dan untuk dapat makan sahur harus bersegera pergi menuju kantin dengan kesadaran belum kembali penuh dan udara pagi yang cukup dingin. Perjuangan berlanjut, samapi di kamar, dengan kondisi mood dan kesadaran yang masih amburadul harus memaksakan makanan masuk ke dalam perut karna kalau menunggu moodnya membaik khawatir malah keburu adzan Shubuh. Untuk beberapa hari di awal perjalanan Ramadhan memang terasa cukup ribet.

Tahun selanjutnya, sudah lulus dari asrama dan mulai belajar hidup sebagai anak kost-kostan. Tantangan kali ini hampir mirip dengan saat di asrama. Namun untuk kali ini cukup terbantu dengan adanya rice cooker sehingga saat sahur tidak perlu kelayapan keluar mencari makanan. Yaa, masa ini lebih baik dari masa asrama. Tantangan selanjutnya, perjuangan membantu terlaksananya kegiatan MPKMB IPB (Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB). Kegiatan ini paaas sekali bertepatan dengan jadwal puasa Ramadhan, kali ini meski status sudah bukan anak TPB lagi namun masih ada agenda-agenda buntut yang harus diselesaikan, dan MPKMB ini salah satunya. Untuk urusan sahur dan mencari mood sahur pada fase ini terasa tidak begitu berat dibandung saat asrama, namun yang menjadi tantangannya adalah mencari masjid atau mushola untuk tarawih berjamaah dengan jamaah yang banyak. Sulitnya mencari masjid menjadi efek samoing memilih kostan yang jauh dari peradaban. Hingga akhirnya hampir setiap malam melakukan tarawih secara munfarid, sempat kadang-kadang jika sedang berada di masjid kampus atau di kontrakan teman menyempatkan diri untuk ikut berjamaah shalat tarawih. Namun itu hanya kadang-kadang,mungkin bisa dihitung jari. Sehingga saat itu ingin sekali rasanya bisa segera pulang ke Bandung.

Selanjutnya, sekarang. Ramadhan kali ini luar biasa. Memulai bulan suci ini dengan menjadi penghuni gelap di rumah teman. Mencari suasana baru, dan ternyata menyenangkan. Ramadhan kali ini diwarnai dengan perjalanan menyebarkan proposal sponsorship salah satu kegiatan terbesar BEM Faperta. Pencarian sponsor ini tidak tanggung-tanggung, seluruh perusahaan yang berkecimpung di bidang pertanian mulai dari  Bogor hingga Jakarta menjadi sasaran kami. Dana yang cukup besar untuk kegiatan ini menjadi salah satu motivasi utama perjalanan sponsorship ini. Tiap harinya ada saja rombongan yang berangkat untuk menyebarkan proposal, dan dari masing-masing perjalanan selalu saja ada cerita yang luar biasa. Pengalaman-pengalaman unik dan seru yang berhasil mengalihkan perhatian dari rasa lelah, lapar, haus dan pegal-pegal hingga yang tersisa hanya rasa puas dan cerita yang luar biasa. Perjalanan yang menumbuhkan keakraban dan semangat. Perjalanan yang luar biasa.. Tnatangan kali ini pun bertambah, ketika harus selalu bangun sahur lebih cepat dan menyiapkan sajian untuk sahur bersama teman-teman. Ramadhan kali ini mendapat giliran menjadi koki, hhehe. Ribet, tapi menyenangkan. Menyiapkan makanan sahur sendiri cukup menantang. Resikonya, jika kesiangan bangun maka tidak ada makanan untuk sahur, artinya tidak ada makan sahur. Yaaaa anggap saja menjadi ajang pelatihan menjadi koki yang baik :D. Dan yang menyenangkan di tahun ini, tidak ribet mencari tempat untuk tarawih. Untung saja ada teman yang menitipkan plus meminjamkan motornya untuk digunakan selama kepergiannya di kampung halaman. Ini amat sangat membantu hingga akhirnya tidak perlu lagi pusing mencari tempat tarawih. Dan malam ini, masih sangat terharu dengan suasana tarawih di masjid kampus.. Selalu saja, terbawa suasana masjid kampus, Al-Huriyyah IPB. (Special thanks for Ukh Nia, semoga Allah selalu menyertai seluruh aktivitasmu dengan berkah dan rahmatNya)

Tantangan tersendiri dalam setiap Ramadhan. Kalau kata seorang teman “Setiap Ramadhan punya cerita masing-masing”. Ya, cerita yang luar biasa.

Ini ceritaku, ceritamu..? 😀