Sukses itu, Masak!

Sukses itu, bagi sebagian orang adalah ketika mencapai apa yang mereka harapkan atau apa yang telah diperjuangkan dengan sekuat tenaga dengan bantuan do’a juga. Tapi bagi sebagian lainnya sukses itu adalah ketika mampu memetik nilai positif atau manfaat dari apa yang telah dilakukan. Baik itu sesuai dengan harapan atau jauh amat sangat jauh dari harapan sebelumnya, namun ketika didalamnya terdapat hikmah atau manfaat yang luar biasa maka itu dianggap sebagai suatu kesuksesan. Dan hari ini telah mencapai satu dari sekian harapan dengan sukses alhamdulillah..

 Hari ini hari kesekian di Bandung dan H-2 kembali ke Bogor. Menjalankan salah satu keharusan anak gadis tertua di rumah, masak!. Menu hari ini sangat sederhana tapi insya Allah sehat, sayur sawi. Isinya ada sayur sawi putih ditambah wortel lalu tahu jiga cabai merah. Sebenarnya kali ini giliran si bungsu yang masak karena dialah yang ketitipan pesan untuk masak ketika tadi pagi ibu akan pergi. Tapi seperti kelakuan anak bungsu yang masih duduk di tingkat menengah pertama di sekolahnya paling ogah kalo dimintain tolong ini itu. Sedikit mengerti dengan apa yang dia rasakan, tidak jauh berbeda dengan kondisi saat masih SMP dulu. Cukup lelah memang meminta tolong dia untuk mulai memasak, ada saja alasannya. Dan yang paling sulit memang ketika dia sudah berkutat dengan komiknya. Hemh, ini butuh perjuangan luar biasa. Karena kalo bukan ibu yang teriak bisa dipastikan 80% dia tidak akan bergerak. Yaaah, inilah kelakuan anak bungsu perempuan yang masih duduk di bangku SMP kelas tiga.

 Segera tidak menyia-nyiakan waktu mengingat perut mulai meminta haknya dan tidak ada makanan apapun di lemari dan kulkas yang bisa dimakan. Mulai bergerak seperti seorang chef handal. Mengambil bawang serta bumbu-bumbu penunjang lainnya. Mengiris sayur lalu mencuci sayur. Setelah semua beres, mulai mengambil wajan, menuangkan minyak lalu memanaskannya. Setelah dirasa cukup panas irisan bawang dan bumbu penunjang lainnya mulai dimasukkan. Tidak lama cabai menyusul. Bertahap, kemudian memsukkan wortel, sayur sawi, lalu tahu yang sudah digoreng. Kali ini tanpa tuntunan ibu. Dengan  perasaan harap-harap cemas dan kewaspadaan tingkat tinggi (lebay) memulai prosesi memasak kali ini.  Setelah semua masuk, tinggal menunggu hingga matang. Mata tidak lepas dari wajan dan kondisi api. Seringkali mengecil dan membesarkan api, ini efek terlalu cemas.

 Tidak lama, setelah sekitar tiga menit menutup masakan tiba waktunya untuk mencicipi. Ini bagian paling menegangkan karena dari sekian rangkaian memasak yang telah dilakukan tester sangat penting untuk mengetahui rasa makasan. Tidak beda jauh dengan unjian akhir nasional saat masa sekolah dulu, atau masa ketika sibuk ujian sana-sini untuk masuk perguruan tinggi. Dan tidak beda jauh dengan ujian hidup. Sanagt amat menegangkan (mulai lebay). Mengambil sendok kemudian menumpahkan sedikit kuah ke sendok tester. Bismillah, memasukkan ke dalam mulut daan.. Subhanallah, di luar dugaan, rasanyaa… Enak! 😀 iya, kali ini beneran enak J.. Setelah sekian kali masak dengan hasil yang menyedihkan, tidak sesuai harapan, dari mulai salah ambil merica (malah ketumbar), bawang bumbu malah jadi bawang goreng, masak kering sekering-keringnya masakan, gosong, keasinan, hingga bawang dan bumbu yang belum matang tapi sudah dimasukkan bahan masakan lainnya. Akhirnya, setelah sekian kali melewati sekian kali kegagalan hari ini menghasilkan masakan yang ENAK!

 Tapi meskipun kacau balau bagaimanapun bentuk masakannya ayah dan ibu selalu bilang enak. Inilah orang tua. Tapi komentator terdasyat adalah sang kakak. Ancaman yang paling mengerikan adalh “kalo ga enak, kamu abisin semuanya sendiri!”. Huft. Saat awal dengan pedenya selalu menerima tantangan, hingga akhirnya masakan-masakan pun selalu gagal. Dan sang kakak pun sukses membuat paranoid. Tiap kali masak kata-kata ini yang seringkali muncul di otak. -.- Tapi, lucunya teryata diam-diam sang kakak pun ikut menghabiskannya. Terharu

 Untuk menilai suatu makanan itu enak ada tiga kondisi, pertama laper berat, kedua kepepet, ketiga memang enak. Dan untuk yang kali ini mungkin faktor pertama yang mendominasi. Tapi bagaimanapun kondisinya hari ini, mencapai salah satukesuksesan. Setelah sekian kali mengalami kegagalan. Benar kata orang bijak, “jangan menyerah jika gagal terus bangkit dan terus mencoba kembali..” then, it works 😀

Bandung, 28 Agustus 2012